bukti ham |
Gereja Katolik dan HAM West Papua.
Dalam gambaran kitab
suci, manusia diciptakan menurut gambar dan citra Allah sendiri sehingga dalam
memperlakukan sesama manusia seharusnya dengan penuh rasa hormat. Ajaran
Kristianisme tentang kutipan di atas tentu menjadi landasan bahwa manusia,
dalam konteks apapun, tetap memiliki martabat dan patut dihormati tanpa
membatasi haknya bahkan untuk melindungi dirinya sendiri. Dalam perkembangan
Kristianisme, gambaran kitab suci diterjemahkan lagi dalam ajaran ajaran sosial
gereja yang bertujuan demi untuk memajukan manusia lain/memanusiakan manusia
lain.
Dalam surat pastoral
Octogesima Advenians pada 15 Mei 1971, Paus Paulus VI menyerukan bahwa gereja
sangat mempunyai peluang dalam memberikan kontribusi bagi pemecahan berbagai
masalah yang dihadapi dunia. Masyarakat setempat harus memutuskan apa yang
harus dilakukannya berdasarkan keadaannya sendiri. Tentu saja himbauan Paus
Paulus VI menunjukkan bahwa gereja bukan hanya sebagai tempat aktif beribadah
tetapi juga sebagai tempat yang aktif untuk mengimplementasikan ibadah dalam
tindakan nyata: peka terhadap permasalahan sosial dan ikut terlibat dalam
mencari solusi. Paus Paulus VI adalah Paus pertama yang mengunjungi Dewan PBB
di New York untuk menyerukan dihentikannya peperangan.
Tidak terputus di
situ, Paus Yohanes Paulus II adalah seorang Paus yang sepanjang sejarah gereja
paling banyak memperjuangkan Hak Asasi Manusia dengan berlandaskan
ajaran-ajaran sosial gereja, seperti pada Ensiklik Rerum Novarium, Ensiklik
Pacem in Terris, Ensiklik Benignitas et Humanitas, dokumen gereja Gaudium et
Spes dan lainnya.
Berkaitan dengan
penegakan HAM di Papua, gereja Katolik Papua dituntut untuk terlibat aktif
dalam penderitaan masyarakat lokal. Seharusnya kelima uskup di tanah
Cendrawasih perlu menganggap masalah Papua ini sebagai masalah krusial yang
selalu dan harus dicari solusinya karena ini berkaitan dengan hidup manusia
Papua sebagaimana dalam kitab suci dan ajaran sosial gereja telah ditekankan.
Berpedoman pada konsep Teologi Pembebasan yang dikreasikan oleh Uskup Romero di
El Salvador (yang akhirnya meninggal tertembak atas nama kemanusiaan) lalu
diformulasikan oleh seorang theolog Jesuit, Jon Sobrino asal Spanyol, kiranya
telah terlihat jelas sehingga menjadi pedoman bagi para uskup di tanah
Cendrawasih, bukan saja uskup tetapi yang paling penting adalah peran pastor
paroki dalam melihat penderitaan umat di wilayahnya. Umat butuh pelayanan
langsung door to door, tetapi kebanyakan paroki kota yang megah tidak acuh
terhadap kondisi sosial orang asli Papua dan di situ umat banyak mempertanyakan
kehadiran gereja bagi mereka. Ada kesan bahwa gereja lambat dalam bersuara
terkait isu sosial, isu lingkungan hidup, budaya ekonomi, bahkan lambat dalam
praktik langsung di masyarakat.
Menurut Alm. Pastor
Nato Gobay, Pr yang menjadi permasalahan utama dalam gejolak orang asli Papua
adalah tentang kebenaran sejarah orang Papua yang dimanipulasikan. Bahkan saat
Act of Free Choise 1969, banyak terjadi tindakan intimidasi, penghilangan
orang, dilarang berkumpul untuk berbicara, dsb sehingga pada penyusunan New
York Agreement sama sekali tidak melibatkan orang asli Papua. Ini benar-benar
telah melanggar ketentuan resolusi PBB No.1514 tentang proses dekonsiliasi bagi
bangsa-bangsa yang dijajah. Akar dari masalah Papua yang sebenarnyanya adalah
yang telah ditegaskan di atas. Lalu dengan berkembangnya isu kesejahteraan maka
munculah tuntutan-tuntutan terhadap pemerintah Indonesia agar memperlakukan
orang asli Papua setara dengan suku lain dalam bingkai Indonesia ini. Namun
apapun itu, semenjak 1 Mei 1963 orang asli Papua telah mendapatkan perlakuan
sadis oleh Indonesia.
Baru-baru ini di
Jayapura, para mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat dan Theologia Fajar Timur,
yang adalah biarawan dan diosesan, melakukan unjuk aksi dengan berpakaian jubah
memenuhi jalan. Mereka menuntut agar Indonesia stop melakukan pelanggaran HAM
di Papua. Sedangkan Pastor Neles Tebay, Pr, yang adalah koordinator jaringan
damai Papua, selalu berkontibusi dalam isu politik di Papua, menegaskan agar
adanya dialog Jakarta-Papua terkait penentuan nasib rakyat Papua. Segala
perjuangan yang dilakukan oleh gereja dan segenap orang asli Papua tentunya
tetap dalam perjuangan yang berkelanjutan.
#Lawan Militerisme
#Lawan Kolonialisme
#Lawan Kapitalisme &
#Lawan Imperialisme Global
#Lawan Kolonialisme
#Lawan Kapitalisme &
#Lawan Imperialisme Global
Free West Papua.
penulis asal mahasiswa papua dimanado 11/11/16. ..... EMELIANUS WAKEI ...
0 komentar:
Posting Komentar